Etnis Dalam Suku Batak (Sama Suku, tapi Beda Etnis).
Indonesia negara kepulauan dengan berbagai etnis , suku dan agama. dimana kadang perbedaan bisa memunculkan perpecahan. dan karena itulah indonesia terbentuk karena perbedaan. suku yang beragam, perbedaan keyakinan, dan perwatakan yang bermacan - macan. membuat kita ada di Indonesia.
Indonesia bukan tidak menghargai perbedaan hanya saja, memang itulah kesempurnaan hidup. dimana kita tahu selalu ada hal yang negatif di balik hal positif, selalu ada hal buruk di dalam hal baik. selalu ada resiko di dalam perencanaan. begitu indah Tuhan menciptakan semua ini. tapi tau ga sih, sebenernya dalam perbedaan suku, ada suku lagi di dalamnya. layaknya. seperti agama. di
Indonesia mungkin kalian pernah mendengar. kata Islam Muhammadiyah, NU, ataupun Persis. sama halnya juga Suku Batak.. dimana ada Suku di dalam Suku . atau di sebut macam - macam suku di dalam Suku batak . dan batak pun dikenal karena orang orang hebat di dalam pemerintahaan. antara lain ada Pengacara ternama dan beberapa Pejabat. yang jika kalian mendengar logatnya. kalian sudah tau dia orang batak hehehe. karena memang keunikan orang indonesia. bisa di denger dari logat cara bicaranya.
Yu Kita Simak. apa aja sih suku yang di maksud ..
1. Batak Toba
Suku Batak Toba, adalah satu etnik dari sekian banyak rumpun Batak yang terdapat di Sumatra. Wilayah pemukiman suku Batak Toba meliputi kabupaten Toba Samosir yang terdiri dari Balige, Laguboti, Parsoburan dan sekitarnya.
Pada masa dahulu wilayah suku Batak Toba berada di Tapanuli Utara dan Tapanuli Tengah, yang disebut sebagai satu kesatuan etnis saja, yaitu suku Batak Toba. Tetapi karena terdapat perbedaan letak geografis dan pembagian distrik, maka saat ini suku Batak Toba dibagi menjadi beberapa puak Batak, yang disebut sebagai Rumpun Tapanuli yang saling berkerabat dekat secara kultural, yaitu suku Batak Toba, Batak Samosir, Batak Humbang dan Batak Silindung.
Selain beberapa puak tersebut tadi, suku Batak Toba juga masih berkerabat dengan suku Batak Angkola dan Batak Mandailing. Salah satu kedekatan antara beberapa puak di atas adalah dapat dilihat dari mayoritas penduduk asli suku Batak Toba adalah marga-marga Hutabarat, Panggabean, Simorangkir, Hutagalung, Hutapea dan Lumbantobing. Ke 6 marga tersebut adalah keturunan dari Guru Mangaloksa, salah satu anak Raja Hasibuan dari wilayah Toba.
Demikian juga dengan marga Nasution yang banyak tinggal di wilayah Padang Sidempuan adalah saudara kandung marga Siahaan dari Balige, kedua marga ini berasal dari keturunan leluhur yang sama.
Masyarakat suku Batak Toba, pada dasarnya hidup sebagai petani dan sebagai nelayan bagi yang bermukim di pesisir danau Toba. Tetapi saat ini berbagai bidang profesi telah mereka jalani, seperti pedagang, bekerja di sektor swasta maupun di sektor negeri. Tidak sedikit orang Batak Toba yang sukses di perantauan, menjadi pejabat penting di pemerintahan, pengacara maupun sebagai pengusaha sukses.
2. Batak Simalungun
Suku Batak Simalungun, adalah salah satu etnik Batak yang terkonsentrasi di kabupaten Simalungun provinsi Sumatra Utara. Wilayah kediaman suku Batak Simalungun berada di antara 2 etnik batak lainnya, yaitu suku Karo yang berada di kabupaten Tanah Karo dan suku Toba. Bahasa Simalungun sendiri memiliki kemiripan dengan bahasa Karo maupun bahasa Toba.
Sehingga bahasa Simalungun disebut sebagai bahasa batak tengah. Sebagian orang Simalungun saat ini percaya bahwa asal usul orang Simalungun, dikatakan berasal dari India, tepatnya dari daerah Assam, India Selatan, dari suatu tempat yang bernama Asom. Dilihat dari adat istiadat dan tradisi budaya orang Simalungun banyak memiliki kemiripan dengan adat istiadat dan tradisi budaya Batak Karo maupun Batak Toba.
Hal ini mengindikasikan kemungkinan besar suku Simalungun beserta suku Batak Karo dan Batak Toba berasal dari suatu tempat yang sama. Orang Simalungun berbicara dalam bahasa Simalungun sebagai bahasa sehari-hari. Awal masuknya agama Kristen ke wilayah Simalungun di masa lalu, para penginjil RMG menggunakan bahasa Toba untuk menyebarkan agama Kristen pada masyarakat suku Simalungun. Pada umumnya orang Batak Simalungun bisa memahami bahasa Batak Toba, yang menjadi bahasa pengantar pada masa lalu di wilayah sekitar Danau Toba.
Dalam mitos orang Simalungun, dikatakan bahwa manusia awalnya dikirim oleh oleh Naibata dan dilengkapi dengan Sinumbah yang bisa berdiam dalam berbagai benda, seperti alat-alat dapur dan sebagainya, sehingga benda-benda tersebut harus disembah. Orang Simalungun menyebut roh orang mati sebagai Simagot.
Baik Sinumbah maupun Simagot harus diberikan korban-korban pujaan sehingga mereka akan memperoleh berbagai keuntungan dari kedua sesembahan tersebut. Masyarakat Simalungun adalah patrilineal. Marga diturunkan kepada generasi berikutnya melalui pihak laki-laki. Orang yang memiliki marga yang sama adalah berarti sebagai saudara seketurunan sehingga dipantangkan (tidak diperbolehkan) untuk saling menikah.
Marga-marga pada suku Simalungun terdiri atas 4 marga asli, yaitu: • Damanik • Purba • Saragih • Sinaga Keempat marga di atas berasal dari marga para Raja-Raja di Simalungun. Selain itu ada juga marga-marga yang berasal dari luar Simalungun yang sejak dahulu ikut menetap di wilayah adat Simalungun, kemudian menjadi sub-bagian dari 4 marga di atas.
3. Batak Karo
Karo adalah salah Suku Bangsa yang mendiami Dataran Tinggi Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Suku ini merupakan salah satu suku terbesar dalam Sumatera Utara. Nama suku ini dijadikan salah satu nama Kabupaten di salah satu wilayah yang mereka diami (dataran tinggi Karo) yaitu Tanah Karo.
Suku ini memiliki bahasa sendiri yang disebut Bahasa Karo atau Cakap Karo. Pakaian adat suku Karo didominasi dengan warna merah serta hitam dan penuh dengan perhiasan emas. Karo dianggap sebagai bagian dari suku kekerabatan Batak, seperti kekerabatan Batak Toba, Batak Mandailing, Batak Simalungun, Batak Pak-Pak atau Dairi, dan Batak Karo.
Namun kebanyakan masyarakat suku Karo menggap bahwa mereka bukanlah bagian dari kekerabatan Batak tersebut, tetapi Karo adalah suku yang berdiri sendiri. Suku Karo juga sering disebut suku Batak Karo. Hal ini dikarenakan banyaknya marga, kekerabatan, kepercayaan, dan geografis domisilinya yang dikelilingi etnis-etnis yang dikatakan Batak.
Orang Karo menyebut dirinya kalak Karo, orang diluar Karo dan tidak mengenal Karo-lah yang kemudian memanggil mereka Batak Karo. Benar tidaknya Karo ini dikatakan Batak, tergantung pada persepsi Batak yang ditawarkan.
Sebab, jika konsep Batak yang ditawarkan adalah Batak yang didasarkan pada hubungan vertikan(geneologi/keturunan darah) seperti yang berlaku di Toba-Batak, bahwa Si Raja Batak adalah nenek moyang bangsa Batak, maka Karo bukanlah Batak! Hal ini dikarenakan eksistensi Karo yang teridentifikasi lebih awal dibandingkan kemunculan Si Raja Batak ini( Karo jauh sudah ada sebelum kemunculan Si Raja Batak diabad ke-13 Masehi) yang didasarkan pada fakta sejarah, logika, dan tradisi di Karo dan suku-suku lainnya yang dikatakan Batak.
Namun, jika batak yang didasarkan pada kekerabatan horizontal (solidaritas, teritorial, dan geografis) maka Karo adalah bagian dari Batak.
4. Batak Pakpak
Suku Batak Pakpak, adalah suatu kelompok masyarakat yang terdapat di beberapa kabupaten di provinsi Sumatra Utara dan di sebagian wilayah provinsi Nanggroe Aceh. Orang Batak Pakpak, berbicara dalam bahasa sendiri, yaitu bahasa Pakpak. Sedangkan di Kelasen bahasa Pakpak disebut sebagai bahasa Dairi.
Bahasa Pakpak ini merupakan cabang dari rumpun bahasa Austronesia, yang termasuk dari salah satu cabang dari rumpun bahasa Batak. Bahasa Batak Pakpak memiliki kekerabatan dengan bahasa Batak Karo, tapi bahasa Pakpak juga banyak mirip dengan bahasa Batak Toba. Pemakai bahasa Pakpak sendiri mengalami penurunan diakibatkan banyaknya arus pendatang di luar suku Pakpak yang memasuki wilayah mereka.
Para generasi muda semakin enggan menggunakan bahasa Pakpak dalam pergaulan sehari-hari. Perkimpoian dengan suku di luar suku Pakpak, serta pengaruh bahasa-bahasa dari para pendatang turut mempengaruhi kelestarian bahasa Pakpak. Sepertinya hal ini perlu mengalami perubahan yang berarti agar bahasa Pakpak tidak hilang di daerahnya sendiri.
Dalam bahasa Batak Pakpak ada suatu ucapan khas, yaitu "Njuah-Njuah", yang berarti "semoga sehat selalu". Marga-marga Pakpak, secara keseluruhan: Anak Ampun, Angkat, Bako, Bancin, Banurea, Berampu, Berasa, Berutu, Bintang, Boang Manalu, Capah Cehun, Cibro, Cibero Penarik, Gajah, Gajah Manik, Goci, Kaloko, Kabeaken, Kesogihen, Kombih, Kudadiri, Kulelo, Lembeng, Lingga, Maha, Maharaja, Manik, Manik Sikettaang, Manjerang, Matanari, Meka, Mucut, Mungkur, Munte, Padang, Padang Batanghari, Pasi, Pinayungen, Simbacang, Simbello, Simeratah, Sinamo, Sirimo Keling, Solin, Sitakar, Sagala, Sambo, Saraan, Sidabang, Sikettang, Simaibang, Tendang, Tinambunan, Tinendung, Tinjoan, Tumangger, Turuten, Ujung.
5. Batak Mandailing/angkola
Suku Batak Mandailing/angkola adalah salah satu suku dari sekian banyak Rumpun Batak yang telah lama hidup dalam suatu komunitas di kabupaten Mandailing-Natal, penyebaran juga terdapat di kabupaten Padang Lawas, kabupaten Padang Lawas Utara, dan sebagian kabupaten Tapanuli Selatan yang berada di provinsi Sumatera Utara.
Orang Mandailing/angkola juga menyebar hingga ke wilayah provinsi Sumatra Barat, seperti di kabupaten Pasaman dan kabupaten Pasaman Barat. Suku Mandailing/angkola memiliki adat, budaya dan bahasa sendiri. Mereka berbicara dalam bahasa Mandailing/angkola. Bahasa Mandailing/angkola sendiri sangat berkerabat dengan bahasa Batak Toba.
Dilihat dari tradisi budaya, adat dan bahasa terdapat keterkaitan erat di masa lalu antara suku Batak Mandailing/Angkola dengan suku Batak Toba dan Padang Lawas. Selain itu mereka juga diperkirakan masih terkait hubungan di masa lalu dengan suku Batak Rokan dan suku Rao. Suku Mandailing/Angkola ini berada di antara beberapa kebudayaan besar, yaitu budaya Batak Toba dan budaya Minangkabau.
Pada suatu sisi suku Mandailing/Angkola sebagai bagian dari rumpun Batak, tapi keberadaan mereka sempat diklaim berasal dari Minangkabau. Apabila dilihat dari struktur fisik, budaya, tradisi, adat-istiadat serta bahasa pada masyarakat suku Mandailing/Angkola, bahwa suku Mandailing/Angkola ini lebih berkerabat dengan suku Batak Toba, dibanding dengan suku Minangkabau. Selain itu marga-marga yang ada pada suku Mandailing/Angkola juga banyak yang sama dengan marga-marga pada suku Batak Toba.
Sedangkan dengan suku Minangkabau, sangat berbeda dari struktur fisik, budaya, tradisi, adat-istiadat serta bahasa pada masyarakat suku Mandailing/Angkola sangatlah berbeda. Hanya karena pada suku Minangkabau terdapat salah satu suku/marga Mandaihiliang, oleh karena itu suku Minangkabau mengklaim bahwa Mandailing/Angkola berasal dari salah satu marga/suku dari suku Minangkabau tersebut.
Suku Mandailing/Angkola sendiri menganut paham kekerabatan patrilineal, tapi akhir-akhir ini ada yang menerapkan sistem matrilineal. Di Mandailing terdapat marga-marga, seperti: Lubis, Nasution, Harahap, Pulungan, Batubara, Parinduri, Lintang, Hasibuan, Rambe, Dalimunthe, Rangkuti, Tanjung, Mardia, Daulay, Matondang, Hutasuhut dan lain-lain.
Marga-marga yang terdapat di Tanah Mandailing Godang, banyak memiliki pertalian dengan marga-marga dari Batak Utara (Batak Toba). Tapi karena telah terpisah sejak berabad-abad, dan banyak terjadi missing link, maka marga-marga Mandailing/Angkola saat ini telah berkembang menjadi beberapa aliran marga tersendiri. (lihat marga Mandailing) Penduduk suku Batak
Mandailing/Angkola mayoritas adalah beragama Islam. Berbeda dengan orang Batak Toba yang beragama Kristen. Tapi kedua suku bangsa ini berawal dari sejarah asal usul yang sama. Banyak persamaan dalam kebiasaan orang Batak Mandailing/Angkola dengan kebiasaan orang Batak Utara (Toba).
Oke gan itulah sebagian Suku Batak, sebenarnya masih banyak. cuma kalau di tulisin ga muat ntar hehe. dan itulah Macam - Macam Etnis Dalam Suku Batak (Sama Batak, tapi Beda Etnis4)
Source : http://ini-macan.blogspot.co.id/2015/08/macam-macam-etnis-dalam-suku-batak-sama.html
No comments:
Post a Comment